Selasa, 04 Oktober 2011

Polisi Sebagai Pelindung Masyarakat,Penegak Hukun/Ataukah Mafia



Setelah pergantian pucuk pimpinan pada tubuh Polri dari Jenderal Polisi Da’i Bachtiar kepada Jenderal Polisi Sutanto, banyak gebrakan yang telah dimulai. Operasi polisi lebih diutamakan kepada pemberantasan narkoba dan perjudian. Niat memang baik, tapi apakah hal ini berjalan dengan baik? Apakah operasi terhadap pemberantasan narkoba bisa benar-benar sukses bukan merupakan sandiwara belaka? Ini memang pertanyaan besar bagi kita semua. Tentu kita berharap polisi mampu menjalankan perannya dengan baik sebagai penegak hukum dan pelindung masyarakat. Namun tidak jarang fakta berbicara lain. Kita melihat sendiri banyak oknum polisi yang menjadi becking untuk perjudian, narkoba, illegal logging, dll. Sudah jelas penyimpangan yang dilakukan oleh para oknum polisi ini menyebabkan mereka tidak mampu bertindak sebagai pelindung masyarakat.

Namun kita tidak bisa menyalahkan hal ini semua kepada polisi. Ada sebab ada pula akibat. Gaji mereka yang terlampau kecil jika dibandingkan dengan beban pekerjaan dan godaan yang begitu besar menyebabkan sebagian oknum ini bertindak menyimpang dari tujuan utama pekerjaan mereka. Pendapat pribadi gw jika ada oknum polisi yang melakukan penyimpangan tapi dalam jumlah yang kecil dan wajar, gw masih bisa mentolerir. Tapi perlu kita ingat, dengan merebaknya penyelidikan dari PPATK bahwa ada oknum anggota polisi yang memiliki rekening sampai 800 Milyar Rupiah, apakah ini wajar? Dimana logikanya, gaji mereka sebagai Perwira Tinggi Polri yang notabene tidak sampai Rp. 10.000.000,00 bisa mengumpulkan uang sebesar itu, tujuh turunan pun belum tentu habis. Berita utama koran-koran dipenuhi dengan investigasi mengenai rekening tidak wajar dari para anggota Polisi. Bisakah kita berharap kepada Jenderal Polisi Sutanto? Secara pribadi gw jawab tidak. Kita butuh polisi yang benar benar jujur. Seorang pembaharu yang berani dan jujur disertai integritas yang tinggi. Ingatkah anda ada anekdot mengenai polisi jujur. Ada 3 polisi jujur, polisi tidur, patung polisi dan Pak Hoegeng Iman Santoso. Gw langsung teringat dengan buku biografi Hoegeng Iman Santoso yang pernah gw baca, Polisi legendaris Republik Indonesia ini yang terkenal dengan kejujurannya. Bayangkan ketika dia pensiun dari kepolisian, beliau tidak mempunyai mobil. Berbeda sekali dengan potret polisi zaman sekarang. Keberaniannya untuk membongkar jaringan penyelundupan mobil mewah dengan salah satu pelakunya Robby Tjahyadi, yang ternyata melibatkan banyak pejabat, mulai dari oknum bea cukai, kejaksaan, kehakiman dan militer bahkan dari satuan kepolisian sendiri memang patut diacungi jempol. Tapi apa hasilnya? Ternyata ia sendiri harus dicopot dari jabatannya karena dinilai melangkah terlalu jauh.

Ada yang menarik dari biografi ini yang bisa kita liat dan pelajari bersama, mengutip dari perkataan Pak Hoegeng, “Orang yang hidup lurus, apakah mesti kurus dizaman ini? Saya tidak tahu. Apalagi pegawai negeri dan pejabat pemerintahan. Kita tidak tahu bagaimana orang hidup terus tapi jujur atau lurus terus!”





                                                                             dierbitkan:www.lsi.or.id/riset/39/kinerja-kepolisian

Kinerja Kepolisian

 Kinerja Kepolisian                                          

Di mata publik, kinerja polisi bervariasi, tergantung aspek dan dimensinya. Dalam pemberantasan perjudian, penangkapan teroris dan perlindungan terhadap aksi kriminalitas pencurian, pada umumnya masyarakat pada umumnya kinerja polisi dinilai masyarakat baik. Tapi ada juga yang dinilai buruk oleh umumnya warga, terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan penanggulangan korupsi di tubuh polisi sendiri, pemerasan oleh oknum polisi dan tindakan ilegal minning dan penyelundupan.
(Survei september 2005)
Kinerja Polisi dalam sejumlah aspek di Mata Publik :




dierbitkan:www.lsi.or.id/riset/39/kinerja-kepolisian